Selasa, 03 Februari 2015

BERPIKIR KRITIS, METODE ILMIAH DAN SISTEM DAN BERPIKIR SISTEM



BERPIKIR KRITIS

Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan tingkat tinggi yang sangat penting diajarkan kepada siswa selain keterampilan berpikir kreatif. Berikut ini disajikan 10 buah definisi mengenaiberpikir kritis (keterampilan berpikir kritis). Definisi berpikir kritis menurut Ennis (1962) : Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Definisi berpikir kritis menurut Beyer (1985) : Berpikir kritis adalah kemampuan menentukan kredibilitas suatu sumber, membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, membedakan fakta dari penilaian, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, mengidentifikasi bias yang ada, mengidentifikasi sudut pandang, dan mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan. Definisi berpikir kritis menurut Mustaji (2012): Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya  membanding dan membedakan, membuat kategori, meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, menerangkan sebab, membuat sekuen / urutan, menentukan sumber yang dipercayai, dan membuat ramalan. Definisi berpikir kritis menurut Walker (2006) :Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan. Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah (2007):Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan  mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Definisi berpikir kritis menurut Chance (1986) :Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah. Definisi berpikir kritis menurut Mertes (1991) :Berpikir kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan. Definisi berpikir kritis menurut Paul (1993) :Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya. Definisi berpikir kritis menurut Halpern (1985) :Berpikir kritis adalah pemberdayaan kognitif dalam mencapai tujuan. Definisi berpikir kritis menurut Angelo (1995):Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenali permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan serta mengevaluasi.
Berpikir Kritis (critical thinking) adalah sinonim dari pengambilan keputusan (decision making), perencanaan stratejik (strategic planning), proses ilmiah (scientific process), dan pemecahan masalah (problem solving).
Berpikir kritis mengandung makna sebagai proses penilaian atau pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan dan dilakukan secara mandiri (Peter Facione, ). Proses perumusan alasan dan pertimbangan mengenai  fakta, keadaan, konsep, metode dan kriteria. Richard Paul mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses merumuskan  alasan yang tertib secara aktif dan terampil dari menyusun konsep, mengaplikasikan,  menganalisis, mengintegrasikan (sintesis), atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan melalui proses pengamatan, pengalaman, refleksi, pemberian alasan (reasoning) atau komunikasi sebagai dasar dalam menentukan tindakan. Berpikir kritis dapat muncul kapan pun dalam  peroses penilaian, keputusan, atau penyelesaian masalah secara umum. Kapan pun seseorang  berusaha untuk mengetahui apa yang perlu dipercaya, apa yang perlu diketahui alasannya. Proses  pengolahannya melalui usaha dan reflektif seperti membaca, menulis, berbicara dan mendengar. Semua dapat dilakukan  secara kritis.Berpikir kritis  sangat penting agar dapat menggunakan potensi pikiran secara optimal sehingga  menjadi pembaca yang cermat dan penulis kreatif. Dari uraian ini kita mengetahui bahwa secara umum, berpikir kritis merupakan ”sebuah cara  mengatasi permasalahan kehidupan”. Proses berpikir kritis  bermula dari ilmu  pengetahuan. Semua dimulai denganmengetahui serta meningkatkan pemahaman mengenai topik yang sedang dipikirkan. Contoh, jika kita berpikir mengenai bagaimana cara memperbaiki mesin, kita pasti memerlukan pengetahuan  mengenai cara kerja mesin dan sumber permasalahan sehingga terjadi kerusakan.
Pada proses ini terjadi usaha  meningkatkan pemahaman. Yang terjadi dalam proses ini adalah  seseorang mengerti tentang apa yang dipikirkannya. Jika tidak memahami apa yang kita pikirkan, maka kita sesungguhnya tidak dapat memikirkannya secara efektif.
Langkah berpikir kritis adalah menerapkan pikiran ke dalam tindakan atau  aplikasi. Jika kita  tidak dapat mengaplikasikan pemikiran dan pengetahuan pada kehidupan nyata, menerapkannya untuk hal yang bermanfaat bagi kehidupan,  maka sesungguhnya kita belum mengetahui dengan benar mengenai  pentingnya memikirkan suatu. Karena prinsip ini maka kemampuan berpikir yang ideal adalah dikuatkan dengan kemampuan memanfatkan atau merealisasikan  pikirkan ke dalam bentuk tindakan.
Jika langkah pemikiran seperti ini dapat dilalui, maka keterampilan lanjutan yang perlu ditingkatkan adalah menganalisis   topik pemikiran. Menganalisis berarti membagi atau memecah  informasi ke dalam kategori dan sub kategori. Memilih dan memilah berbagai hal yang masuk ke dalam bagian yang lebih penting sehingga dapat mengelompokan berdasarkan ciri yang sejenis, misalnya bagian penting dan kurang penting, bagian yang kuat atau yang lemah, atau mengelompokan dengan pendekatan yang  lainnya. Langkah terakhir berpikir kritis adalah berkir sintesis. Ini adalah langkah dalam mengorganisir, menyusun konsep, menggubah (menyusun), dan menciptakan hal baru yang anda kembangkan dari yang sudah ada. Semula banyak orang bersepkat bahwa puncaknya berpikir kritis adalah  evaluasi. Lihat kembali produk pikiran akhir yang kita hasilkan.. Jika kita menyukainya, maka tuntaskan.  Jika tidak, kembali ke langkah awal dengan sasaran dan tujuan yang berbeda. Ingatlah, jangan menyelesaikan sesuatu yang anda tidak  sukai karena akhirnya tidak  akan menghasilkan pemikiran atau penerapan yang anda sukai,. Jika suka maka lanjutkan untuk menggunakannya. Perlu kita perhatikan bahwa sejalan dengan semakin tingginya nilai peradaban manusia, maka kemampuan berpikir level evaluasi ternyata tidak menjadi pemuncak, kini ditegaskan puncaknya kemampuan berpikir terletak pada kecakapan mengubah pikiran menjadi karya yang kreatif yang berguna untuk membangun kehidupan yang lebih baik, itulah yang disebut dengan berpikir kreatif.

METODE ILMIAH

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yangdisebut dengan ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapatdisebut ilmu tercantum dalam apa yang diamakan metode ilmiah.
Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran.Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkanmempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuanyang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal inimaka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam mengembangkan tubuh pengetahuannya.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuanilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkansebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahapdemi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan dari pengetahuan yang telah ada.
Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensitidak memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakikatrasionalisme yang bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya berbagai penjelasan terhadap suatu objek pemikiran tertentu. Meskipun argumentasi secararasional didasarkan kepada premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannyanamun dimungkinkan pula pilihan yang berbeda dari sejumlah premis ilmiahyang tersedia yang dipergunakan dalam penyusunan argumentasi. Oleh sebab itumaka diperlukan cara berpikir indiktif yang berdasarkan kriteria kebenarankorespondensi.
Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataandapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung di dalam pernyataan itu bersesuaian(berkorespondensi) dengan objek faktual yang dituju oleh pernyataan tersebut.Atau dengan kata lain, suatu pertanyaan adalah benar apabila terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan itu.
Dalam kasus ilmiah yang ditampilkan oleh benda jatuh bebas yang kita butuhkan, Galileo mengatakan, “untuk mencari dan memperjelas definisi yang paling setuju dengan bahwa alam yang mempekerjakan “(Galileo 1989: 153). Ini memang tugas penting dan telah dikenakan pajak pikiran semua orang yang ingin melihat kemajuan yang dibuat dalam studi gerak. Setelah upaya berulang-ulang dan beberapa rekayasa dimulai, Galileo telah berhasil merumuskan definisi alami dipercepat gerak yang, ia percaya, tidak berlaku untuk jatuh benda. "Saya mengatakan bahwa gerakan ini equably atau seragam dipercepat yang, meninggalkan istirahat, menambahkan pada dirinya momentum yang sama kecepatan di sama kali '(Galileo 1989: 154). Dalam terminologi modern, seragam dipercepat gerak adalah gerak di mana kecepatan benda jatuh bebas adalah sebanding dengan waktu yang telah jatuh. Itu ini Definisi yang Galileo digunakan sebagai titik awal dalam demonstratif nya ilmu gerak.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Richie Calder, dimulai ketika manusiamengamati sesuatu. Kalau kita telaah lebih lanjut ternyata bahwa kita mulaimengamati objek tertentu kalau kita mempunyai perhatian tertentu terhadap objek tersebut. Perhatian tersebut menurut John Dewey sebagai suatu masalah ataukesukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kitayang menimbulkan pertanyaaan. Dan pertanyaan ini timbul disebabkan olehadanya kontak manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan bebagai macam permasalahan. Dapat disimpulkan bahwa karena ada masalahlah maka proseskegiatan berpikir dimulai, dan karena masalah ini berasal dari dunia empiris, maka proses berfikir tersebut diarahkan pada pengamatan objek yang bersangkutan,yang berseksitensi dalam dunia empiris juga.


SISTEM DAN BERPIKIR SISTEM

Teori sistem pertama kali dikemukakan dalam “General Systems Theory (GSS)” tahun 1956 oleh ahli biologi Hongaria: Ludwig V. Bertalanffy.Pengertian sistem tergantung pada latar belakang cara pandang orang yang mendefinisikan. Disini ada dua pengertian dari sistem. Yang pertama dilihat dari Sudut pandang engineering mendefinisikan sistem sebagi proses masukan (input) yang ditransformaikan menjadi keluaran (output) tertentu.yang kedua pendapat dari Deallenbach. Deallenbach (1994) mengatakan A system is understood to be a whole composed of elements that are related to each other. Perkembangan studi tentang system ada dua antara lain: Bertujuan mengembangkan teori sistem, seperti yang dilakukan Ludwig V. Bertalanffy dan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pendayagunaan berpikir sistem untuk pemecahan masalah,sperti dilakukan oleh Peter M. Senge.
Sistem juga mempunyai berbagai Macam Studi Sistem antara lain
1. General Systems Theory (GSS)
Merupakan pemikiran untuk pengembangan model teori system yang dasaranya terletak pada teori umum matematika murni dan teori disiplin tertentu. Studi tentang sistem dalam konteks ini lebih berorientasi pada pengenalan dan pengembangan sistem.
2. Cybernatics
Berpikir kesisteman yang didasarkan pada ilmu pengendalian dan  komunikasi pada hewan dan mesin. Konsep kotak hitam (black box) dan negative feedback yang dapat digunakan untuk memahami dan memperbaiki sistem komplek, seperti: teori otomatisasi, teori kontrol, terori keputusan dan teori informatika.
3. Sytems Approach
Merupakan aplikasi dari berpikir kesisteman (systems thinking) bagi perancang atau perbaikan sistem dan untuk pemecahan masalah yang didasrkan pada karakteristik sistem.
Pendekatan yang dilakukan ada dua, hard systems approach
dan soft systems approach .
Hard systems approach digunakan untuk memecahkan masalah
dengan rumusan dan tujuannya jelas dan terukur. Operation
Research (OR) merupakan model yang paling banyak digunakan
dalam hard systems approach .
Soft systems approach digunakan untuk memecahkan masalah
dengan rumusan dan tujuan tidak jelas atau yang memerlukan
usaha besar untuk dapat disepakati bersama oleh pihak yang
berkepentingan. Soft Systems Methodology (SSM)
dikembangkan oleh Peter Checkland tahun 1990
4. System Design
Merupakan perkembangan General Systems Theory (GSS) dan Operation Research (OR) dengan penekanan terhadap pengembnagan krewatifitas dalam penciptaan atau perancangan sistem baru, yang khas dan berbeda dari sistem sebelumnya.
5. System Engineering
Merupakan perancangan atau pengembangan suatu sistem yang lebih baik, seperti manusia, sistem manusia-mesin, maupun sistem mekanis.
Disini system juga mempunyai ciri – ciri dari suatu system itu sendiri. Ciri dari suatu system antara lain : Terdiri atas sekumpulan elemen,Terdapat interaksi dan interdependensi,Terdapat mekanisme umpan balik, Memiliki tujuan bersama dan Terdapat hubungan antara lingkungan.
Pendekatan Sistem di sini dibedakan menjadi dua antara lain: Masalah sebagai suatu system, Sistem : Masalah yang sedang dipelajari (problem understudy) .Landasan Berpikir Sistem (systems thinking) ada dua antara lain : Emergence dan hirarki (hierarchy) dan Komunikasi dan umpan balik (control).





Sumber :
      2. Barry Gower - Scientific Method A Historical and Philosophical Introduction – Routledg
      3. Daellenbach, H. G., (1994), “Systems and Decision Making”,
John Wiley & Sons, Chichester-England.
      4. Senge, P. M., (1990), “The Fifth Discipline”, New York:
Currency & Dobleday.
      5. Simatupang, T.M., (1995), “Pemodelan Sistem”, Nindita:
Klaten.
      6. Simatupang, T.M., (1995), “Teori Sistem: Suatu Perspektif
Teknik Industri”, Penerbit Andi Offset Yogyakarta.
      7. Tunas, B. (2007), “Memahami dan Memecahkan Masalah
dengan Pendekatan Sistem”, PT Nimas Multima.
      8. Ennis, Robert H. 1962. A concept of critical thinking. Harvard Educational Review, Vol 32(1), 81-111. 
      9. Beyer, Barry K. (1985). Critical Thinking. Phi Delta Kappa, 408 N. Union, P.O. Box 789, Bloomington, IN 47402-0789.
     10. Mustaji (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran.
      11. http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif- dalam-pembelajaran diakses tanggal 23-12-2012.
      12. Hossoubah,  Z. (2007). Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan) . Bandung: Yayasan Nuansa Cendia.
      13. Chance, P. (1986). Thinking in the classroom: A survey of programs. New York: Teachers College, Columbia University.
      14. Mertes (1991). Thinking and Writing. Middle School Journ. 22: 24-25.

       15. Halpern, Diane F. (1989). Thought and knowledge: An introduction to critical thinking (2nd ed.). Hillsdale, NJ, England: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. xvii 517 pp. 
       16. Angelo, Thomas A. & Cross, Patricia (1995). Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College Teachers, 2nd edition.
       17. Paul, Richard (1993).Critical Thinking: How to Prepare Students for a Rapidly Changing World. Foundation for Critical Thinking.
        18. Walker, Paul & Finney, Nicholas. (1999). Skill Development and Critical Thinking in Higher Education. Higher Education Research & Development Unit, University College, London WC1E 6BT, UK
         19. http://gurupembaharu.com/home/berpikir-kritis//home/berpikir-kritis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar