BERPIKIR KRITIS
Berpikir kritis merupakan salah satu
keterampilan tingkat tinggi yang sangat penting diajarkan kepada siswa selain keterampilan berpikir kreatif. Berikut ini disajikan 10 buah
definisi mengenaiberpikir kritis (keterampilan
berpikir kritis). Definisi
berpikir kritis menurut Ennis (1962) : Berpikir kritis adalah berpikir secara
beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa
yang harus dipercayai atau dilakukan. Definisi berpikir kritis menurut Beyer
(1985) : Berpikir kritis adalah kemampuan menentukan kredibilitas suatu sumber,
membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, membedakan fakta dari
penilaian, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, mengidentifikasi
bias yang ada, mengidentifikasi sudut pandang, dan mengevaluasi bukti yang
ditawarkan untuk mendukung pengakuan. Definisi berpikir kritis menurut Mustaji
(2012): Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya membanding dan membedakan, membuat kategori,
meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, menerangkan sebab, membuat sekuen
/ urutan, menentukan sumber yang dipercayai, dan membuat ramalan. Definisi berpikir kritis menurut Walker (2006) :Berpikir kritis adalah
suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis,
mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil
observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan sebagai
dasar saat mengambil tindakan. Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah
(2007):Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi
dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Definisi
berpikir kritis menurut Chance (1986) :Berpikir kritis adalah kemampuan untuk
menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat,
membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan
masalah. Definisi berpikir kritis menurut Mertes (1991) :Berpikir kritis adalah
sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan
mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan
kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan. Definisi berpikir kritis menurut
Paul (1993) :Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi
atau masalah apa saja – di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya
dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran
dan menerapkan standar-standar intelektual padanya. Definisi berpikir kritis
menurut Halpern (1985) :Berpikir kritis adalah pemberdayaan kognitif dalam
mencapai tujuan. Definisi berpikir kritis menurut Angelo (1995):Berpikir kritis
adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, meliputi
kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenali permasalahan dan pemecahannya,
menyimpulkan serta mengevaluasi.
Berpikir Kritis (critical thinking)
adalah sinonim dari pengambilan keputusan (decision making),
perencanaan stratejik (strategic planning), proses ilmiah
(scientific process), dan pemecahan masalah (problem solving).
Berpikir kritis mengandung makna
sebagai proses penilaian atau pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan dan
dilakukan secara mandiri (Peter Facione, ). Proses perumusan alasan dan
pertimbangan mengenai fakta, keadaan, konsep, metode dan kriteria. Richard
Paul mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses merumuskan alasan
yang tertib secara aktif dan terampil dari menyusun konsep,
mengaplikasikan, menganalisis, mengintegrasikan (sintesis), atau
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan melalui proses pengamatan,
pengalaman, refleksi, pemberian alasan (reasoning) atau komunikasi sebagai
dasar dalam menentukan tindakan. Berpikir kritis dapat muncul kapan pun dalam
peroses penilaian, keputusan, atau penyelesaian masalah secara umum.
Kapan pun seseorang berusaha untuk mengetahui apa yang perlu dipercaya,
apa yang perlu diketahui alasannya. Proses pengolahannya melalui usaha
dan reflektif seperti membaca, menulis, berbicara dan mendengar. Semua dapat
dilakukan secara kritis.Berpikir kritis sangat penting agar dapat
menggunakan potensi pikiran secara optimal sehingga menjadi pembaca yang
cermat dan penulis kreatif. Dari uraian ini kita mengetahui bahwa secara umum,
berpikir kritis merupakan ”sebuah cara mengatasi permasalahan kehidupan”.
Proses berpikir kritis bermula dari ilmu
pengetahuan. Semua dimulai denganmengetahui serta meningkatkan pemahaman mengenai
topik yang sedang dipikirkan. Contoh, jika kita berpikir mengenai bagaimana
cara memperbaiki mesin, kita pasti memerlukan pengetahuan mengenai cara
kerja mesin dan sumber permasalahan sehingga terjadi kerusakan.
Pada proses ini terjadi usaha meningkatkan
pemahaman. Yang terjadi dalam proses ini adalah seseorang mengerti
tentang apa yang dipikirkannya. Jika tidak memahami apa yang kita pikirkan,
maka kita sesungguhnya tidak dapat memikirkannya secara efektif.
Langkah
berpikir kritis adalah menerapkan pikiran ke dalam tindakan atau aplikasi. Jika kita
tidak dapat mengaplikasikan pemikiran dan pengetahuan pada kehidupan nyata,
menerapkannya untuk hal yang bermanfaat bagi kehidupan, maka sesungguhnya
kita belum mengetahui dengan benar mengenai pentingnya memikirkan suatu.
Karena prinsip ini maka kemampuan berpikir yang ideal adalah dikuatkan dengan
kemampuan memanfatkan atau merealisasikan pikirkan ke dalam bentuk
tindakan.
Jika
langkah pemikiran seperti ini dapat dilalui, maka keterampilan lanjutan yang
perlu ditingkatkan adalah menganalisis topik pemikiran. Menganalisis
berarti membagi atau memecah informasi ke dalam kategori dan sub
kategori. Memilih dan memilah berbagai hal yang masuk ke dalam bagian yang
lebih penting sehingga dapat mengelompokan berdasarkan ciri yang sejenis,
misalnya bagian penting dan kurang penting, bagian yang kuat atau yang lemah,
atau mengelompokan dengan pendekatan yang lainnya. Langkah terakhir
berpikir kritis adalah berkir sintesis. Ini adalah langkah dalam mengorganisir,
menyusun konsep, menggubah (menyusun), dan menciptakan hal baru yang anda
kembangkan dari yang sudah ada. Semula banyak orang bersepkat bahwa puncaknya
berpikir kritis adalah evaluasi. Lihat kembali produk pikiran akhir yang
kita hasilkan.. Jika kita menyukainya, maka tuntaskan. Jika tidak,
kembali ke langkah awal dengan sasaran dan tujuan yang berbeda. Ingatlah,
jangan menyelesaikan sesuatu yang anda tidak sukai karena akhirnya tidak
akan menghasilkan pemikiran atau penerapan yang anda sukai,. Jika suka
maka lanjutkan untuk menggunakannya. Perlu kita perhatikan bahwa sejalan dengan
semakin tingginya nilai peradaban manusia, maka kemampuan berpikir level
evaluasi ternyata tidak menjadi pemuncak, kini ditegaskan puncaknya kemampuan
berpikir terletak pada kecakapan mengubah pikiran menjadi karya yang kreatif
yang berguna untuk membangun kehidupan yang lebih baik, itulah yang disebut
dengan berpikir kreatif.
METODE ILMIAH
Metode
ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yangdisebut dengan
ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapatdisebut ilmu tercantum dalam apa yang diamakan metode ilmiah.
Seperti
diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan.
Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran.Dengan cara
bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkanmempunyai
karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah,
yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuanyang
disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal inimaka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara
berpikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam mengembangkan tubuh
pengetahuannya.
Berpikir
deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuanilmiah dan bersifat
konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkansebelumnya. Secara
sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahapdemi setahap dengan
menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan dari
pengetahuan yang telah ada.
Penjelasan
yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensitidak
memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan
hakikatrasionalisme yang bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya
berbagai penjelasan terhadap suatu objek pemikiran tertentu.
Meskipun argumentasi secararasional didasarkan kepada premis-premis
ilmiah yang telah teruji kebenarannyanamun dimungkinkan pula pilihan yang
berbeda dari sejumlah premis ilmiahyang tersedia yang dipergunakan dalam
penyusunan argumentasi. Oleh sebab itumaka diperlukan cara berpikir indiktif
yang berdasarkan kriteria kebenarankorespondensi.
Teori
korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataandapat dianggap benar
sekiranya materi yang terkandung di dalam pernyataan itu
bersesuaian(berkorespondensi) dengan objek faktual yang dituju oleh pernyataan
tersebut.Atau dengan kata lain, suatu pertanyaan adalah benar apabila terdapat
fakta-fakta empiris yang mendukung
pernyataan itu.
Dalam kasus ilmiah yang ditampilkan
oleh benda jatuh bebas yang kita butuhkan, Galileo mengatakan, “untuk mencari
dan memperjelas definisi yang paling setuju dengan bahwa alam yang
mempekerjakan “(Galileo 1989: 153). Ini memang tugas penting dan telah dikenakan
pajak pikiran semua orang yang ingin melihat kemajuan yang dibuat dalam studi
gerak. Setelah upaya berulang-ulang dan beberapa rekayasa dimulai, Galileo
telah berhasil merumuskan definisi alami dipercepat gerak yang, ia percaya,
tidak berlaku untuk jatuh benda. "Saya mengatakan bahwa gerakan ini
equably atau seragam dipercepat yang, meninggalkan istirahat, menambahkan pada
dirinya momentum yang sama kecepatan di sama kali '(Galileo 1989: 154). Dalam
terminologi modern, seragam dipercepat gerak adalah gerak di mana kecepatan
benda jatuh bebas adalah sebanding dengan waktu yang telah jatuh. Itu ini
Definisi yang Galileo digunakan sebagai titik awal dalam demonstratif nya ilmu
gerak.
Proses
kegiatan ilmiah, menurut Richie Calder, dimulai ketika manusiamengamati
sesuatu. Kalau kita telaah lebih lanjut ternyata bahwa kita mulaimengamati
objek tertentu kalau kita mempunyai perhatian tertentu terhadap
objek tersebut. Perhatian tersebut menurut John Dewey sebagai suatu
masalah ataukesukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam
pengalaman kitayang menimbulkan pertanyaaan. Dan pertanyaan ini timbul
disebabkan olehadanya kontak manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan
bebagai macam permasalahan. Dapat disimpulkan bahwa karena ada masalahlah
maka proseskegiatan berpikir dimulai, dan
karena masalah ini berasal dari dunia empiris, maka proses berfikir
tersebut diarahkan pada pengamatan objek yang bersangkutan,yang berseksitensi
dalam dunia empiris juga.
SISTEM DAN BERPIKIR
SISTEM
Teori sistem pertama kali
dikemukakan dalam “General Systems Theory (GSS)” tahun
1956 oleh ahli biologi Hongaria: Ludwig V. Bertalanffy.Pengertian sistem
tergantung pada latar belakang cara pandang orang yang mendefinisikan. Disini
ada dua pengertian dari sistem. Yang pertama dilihat dari Sudut pandang engineering
mendefinisikan sistem sebagi proses masukan (input) yang
ditransformaikan menjadi keluaran (output) tertentu.yang kedua pendapat dari Deallenbach.
Deallenbach (1994) mengatakan A system is
understood to be a whole composed of elements that are related to each other.
Perkembangan studi tentang system ada dua antara lain: Bertujuan mengembangkan
teori sistem, seperti yang dilakukan Ludwig V. Bertalanffy dan bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas pendayagunaan berpikir sistem untuk pemecahan
masalah,sperti dilakukan oleh Peter M. Senge.
Sistem juga mempunyai
berbagai Macam Studi Sistem antara lain
1. General Systems Theory (GSS)
Merupakan pemikiran untuk
pengembangan model teori system yang dasaranya terletak pada teori umum
matematika murni dan teori disiplin tertentu. Studi tentang sistem dalam
konteks ini lebih berorientasi pada pengenalan dan pengembangan sistem.
2. Cybernatics
Berpikir kesisteman yang
didasarkan pada ilmu pengendalian dan
komunikasi pada hewan dan mesin. Konsep kotak hitam (black
box) dan negative feedback yang
dapat digunakan untuk memahami dan memperbaiki sistem komplek, seperti: teori
otomatisasi, teori kontrol, terori keputusan dan teori informatika.
3. Sytems Approach
• Merupakan aplikasi dari berpikir kesisteman (systems
thinking) bagi perancang atau perbaikan sistem dan untuk pemecahan masalah yang
didasrkan pada karakteristik sistem.
• Pendekatan yang dilakukan ada dua, hard systems approach
dan soft systems approach .
• Hard systems approach digunakan untuk memecahkan masalah
dengan rumusan dan tujuannya jelas dan terukur. Operation
Research (OR) merupakan model
yang paling banyak digunakan
dalam hard systems
approach .
• Soft systems approach digunakan untuk memecahkan masalah
dengan rumusan dan tujuan tidak jelas atau yang memerlukan
usaha besar untuk dapat disepakati bersama oleh pihak yang
berkepentingan. Soft Systems
Methodology (SSM)
dikembangkan oleh Peter Checkland tahun 1990
4. System Design
Merupakan perkembangan General
Systems Theory (GSS) dan Operation Research (OR) dengan
penekanan terhadap pengembnagan krewatifitas dalam penciptaan atau perancangan
sistem baru, yang khas dan berbeda dari sistem sebelumnya.
5. System Engineering
Merupakan perancangan
atau pengembangan suatu sistem yang lebih baik, seperti manusia, sistem
manusia-mesin, maupun sistem mekanis.
Disini
system juga mempunyai ciri – ciri dari suatu system itu sendiri. Ciri dari
suatu system antara lain : Terdiri atas sekumpulan elemen,Terdapat interaksi
dan interdependensi,Terdapat mekanisme umpan balik, Memiliki tujuan bersama dan
Terdapat hubungan antara lingkungan.
Pendekatan
Sistem di sini dibedakan menjadi dua antara lain: Masalah sebagai suatu system,
Sistem : Masalah yang sedang dipelajari (problem understudy)
.Landasan Berpikir Sistem (systems thinking) ada
dua antara lain : Emergence dan
hirarki (hierarchy) dan Komunikasi dan umpan balik (control).
Sumber :
2. Barry Gower - Scientific Method A Historical and
Philosophical Introduction – Routledg
3. Daellenbach, H. G., (1994), “Systems and Decision Making”,
John Wiley & Sons, Chichester-England.
4. Senge, P. M., (1990), “The Fifth Discipline”, New York:
Currency & Dobleday.
5. Simatupang, T.M., (1995), “Pemodelan Sistem”, Nindita:
Klaten.
6. Simatupang, T.M., (1995), “Teori Sistem: Suatu Perspektif
Teknik Industri”, Penerbit Andi Offset Yogyakarta.
7. Tunas, B. (2007), “Memahami dan Memecahkan Masalah
dengan
Pendekatan Sistem”, PT Nimas Multima.
8. Ennis, Robert H. 1962. A concept of critical
thinking. Harvard Educational Review, Vol 32(1), 81-111.
9. Beyer, Barry K. (1985). Critical Thinking. Phi Delta Kappa, 408 N. Union, P.O. Box 789, Bloomington, IN 47402-0789.
10. Mustaji (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran.
9. Beyer, Barry K. (1985). Critical Thinking. Phi Delta Kappa, 408 N. Union, P.O. Box 789, Bloomington, IN 47402-0789.
10. Mustaji (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran.
11. http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif- dalam-pembelajaran
diakses tanggal 23-12-2012.
12. Hossoubah,
Z. (2007). Develoving Creative and Critical Thinking Skills
(terjemahan) . Bandung: Yayasan Nuansa Cendia.
13. Chance, P. (1986). Thinking in the classroom: A survey of programs. New York: Teachers College, Columbia University.
14. Mertes (1991). Thinking and Writing. Middle School Journ. 22: 24-25.
15. Halpern, Diane F. (1989). Thought and knowledge: An introduction to critical thinking (2nd ed.). Hillsdale, NJ, England: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. xvii 517 pp.
16. Angelo, Thomas A. & Cross, Patricia (1995). Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College Teachers, 2nd edition.
17. Paul, Richard (1993).Critical Thinking: How to Prepare Students for a Rapidly Changing World. Foundation for Critical Thinking.
18. Walker, Paul & Finney, Nicholas. (1999). Skill Development and Critical Thinking in Higher Education. Higher Education Research & Development Unit, University College, London WC1E 6BT, UK
19. http://gurupembaharu.com/home/berpikir-kritis//home/berpikir-kritis/13. Chance, P. (1986). Thinking in the classroom: A survey of programs. New York: Teachers College, Columbia University.
14. Mertes (1991). Thinking and Writing. Middle School Journ. 22: 24-25.
15. Halpern, Diane F. (1989). Thought and knowledge: An introduction to critical thinking (2nd ed.). Hillsdale, NJ, England: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. xvii 517 pp.
16. Angelo, Thomas A. & Cross, Patricia (1995). Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College Teachers, 2nd edition.
17. Paul, Richard (1993).Critical Thinking: How to Prepare Students for a Rapidly Changing World. Foundation for Critical Thinking.
18. Walker, Paul & Finney, Nicholas. (1999). Skill Development and Critical Thinking in Higher Education. Higher Education Research & Development Unit, University College, London WC1E 6BT, UK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar